CAK LONTONG “Sok Bijak, Namun Serius Menyikapi Hidup”
Untuk para pecinta Stand Up Comedy dan Indonesia Lawak
Klub (ILK), kehadiran Cak Lontong selalu ditunggu. Banyak kalangan, yang
kemudian menjadi penggemarnya menilai, gaya lawak pria yang selalu menyapa
penontonnya dengan “Salam Lemper” ini cerdas. Ia mampu tek-tok dengan Komeng
misalnya, salah satu pelawak yang kritis dalam soal menimpali “bola” dari lawan
bicaranya.
Ketika menganalisa, kalimat-kalimat yang diucapkan Cak
Lontong teratur, disampaikan dengan pelan dan tenang, berlogika serta
dimengerti. Ada yang mengatakan, gaya Cak Lontong sangat lekat dengan logika
silogisme. Menurut Kamus Bahasa Indonesia online, silogisme adalah bentuk, cara
berpikir atau menarik simpulan yang terdiri atas premis umum, premis khusus,
dan kesimpulan (contohnya, semua manusia akan mati, si A manusia, jadi si A
akan mati).
Pria kelahiran Magetan, 7 Oktober 1970 ini memulai
karier sejak 1990-an. Pada 1992, ketika SCTV masih di Surabaya, Cak Lontong
bersama teman-teman lawaknya dikontrak SCTV dalam acara Komedi Kampus. Ia
menggunakan gaya ludruknya, yang memang sudah didalami sejak awal
ketertarikannya pada komedi. Ketika SCTV pindah ke Jakarta, Cak Lontong dan
teman-temannya kembali ke rutinitas harian mereka, kuliah di jurusan elektro,
ITS Surabaya. Kegiatan lawak diteruskan jika ada permintaan, seperti acara
komedi di Indosiar, yang dilakukan secara live mingguan. Kegiatan ini terus dilakukan
sampai 1996.
“Saya lulus kuliah tahun 1996 dan saya meninggalkan
dunia entertain. Saya kemudian bekerja. Siang kerja, malamnya di radio, ikut
teman dari Cap Toegoe Pahlawan juga,” kisah pemilik nama asli Lies Hartono ini.
Ketika itu ia bekerja di sebuah perusahaan Jepang. Lies sebagai mechanical
electro, yang mengurusi kontrol kualitas chip.
Ludruk Cap Toegoe Pahlawan sendiri merupakan kelompok
komedi yang dimasukinya saat awal memulai karier di dunia lawak.
Lies menjadi karyawan hanya empat tahun saja. Tahun 2000 ia memutuskan keluar dari pekerjaan dan memilih komedi sebagai jalan hidupnya. Keputusan ini harus dipikirkannya masak-masak, sebab pada tahun itu ia sudah menikah dan ada anak yang harus dihidupinya.
“Saya kumpul lagi sama temen-temen Cap Toegoe Pahlawan
dan mengajak adik-adik di kampus ITS untuk menghidupkan lagi Cap Toegoe.
Akhirnya kita punya acara di stasiun TV lokal, nama acara kita Pamor, Pasukan
Humor.”
Ia kemudian hijrah ke Ja karta pada 2004. Ketika itu ia
ikut dalam Republik BBM. Ia kemudian memutuskan untuk menetap di Jakarta.
Keputusannya ini tak salah, sebab perlahan tapi pasti kariernya mengalami peningkatan. Lies pun tak pernah memilih jenis komedi yang akan dibawakannya. Stand up comedy atau bermain dengan berbagai kelompok komedi dilakukannya. Inilah yang kemudian mengasah ketrampilan lawaknya.
Saat ini namanya sedang berada di atas karena komedi
Indonesia Lawak Klub (ILK), yang sedang diputar di sebuah stasiun televisi
swasta. Walau sebagian lawan mainnya di komedi tersebut adalah teman-teman
lama, pengumpul buku-buku sejarah ini mengaku dengan bertambahnya kenalan dan
hal-hal tentang komedi, semakin memperkaya ilmu lawaknya.
Ditemui di sebuah hotel di Jakarta, Lies tengah
bersiap untuk pengambilan gambar program ILK. Kepada MEasia, pria ini
mengatakan bahwa tapping sebenarnya berlangsung pukul 13.00, tapi dirinya
selalu siap di lokasi sekitar tiga jam sebelumnya. Sebuah komitmen yang patut
dicontoh siapapun yang ingin sukses, tentunya.
Kini disadari atau tidak, Cak Lontong sudah ada di
jajaran pelawak yang paling dicari para pecinta komedi. Salah satu ukuran
sukses di dunia entertainment. Tapi benarkah ia merasa sukses? Berikut petikan
obrolan MEasia dengannya di saat menunggu jadwal tapping:
Orang yang
tidak serius terhadap profesinya, tidak akan jadi apa-apa, termasuk comedian.
Jangan dikira berkomedi berarti kita tidak serius…
Mengapa Anda memilih nama Cak Lontong?
Asalnya bukan saya yang menentukan nama itu, tapi teman-teman SMA. Mereka itu dulu kalau memanggil saya Lontong, karena dulu badan saya kurus, tinggi. Tinggi saya 180-an cm, berat saya cuma 62 kg, paling mentok 64 kg. Karena panjang kayak lontong, temen-temen saya panggil saya Lontong. Sejak itu saya pakai sekalian menjadi nama. Dan karena saya dari Surabaya, biar khas, dikasih cak, jadi Cak Lontong.
Asalnya bukan saya yang menentukan nama itu, tapi teman-teman SMA. Mereka itu dulu kalau memanggil saya Lontong, karena dulu badan saya kurus, tinggi. Tinggi saya 180-an cm, berat saya cuma 62 kg, paling mentok 64 kg. Karena panjang kayak lontong, temen-temen saya panggil saya Lontong. Sejak itu saya pakai sekalian menjadi nama. Dan karena saya dari Surabaya, biar khas, dikasih cak, jadi Cak Lontong.
Anda pun memilih kata “lemper” sebagai salam unik Anda
?
Kalau salam lemper itu awalnya saya pakai ketika pertama kali diundang acara stand up comedy Metro TV. Waktu mau tampil itu, saya sudah punya bayangan seperti Mario Teguh Golden Ways, yang punya “Salam Super”. Nah, biar mirip-mirip saya ambil “Salam Lemper”.
Kalau salam lemper itu awalnya saya pakai ketika pertama kali diundang acara stand up comedy Metro TV. Waktu mau tampil itu, saya sudah punya bayangan seperti Mario Teguh Golden Ways, yang punya “Salam Super”. Nah, biar mirip-mirip saya ambil “Salam Lemper”.
Apa sebutan untuk gaya lawakan Anda?
Gaya-gaya lawak sendiri saya kurang mengerti. Kalau saya, sih sebenarnya memilih yang pas dengan karakter saya. Background saya sebenarnya bukan murni pelawak. Saya terjun di dunia ini waktu kuliah di ITS Surabaya. Saya punya grup Cap Toegoe Pahlawan bersama dengan teman-teman satu jurusan. Di situ saya mengenal bagaimana berkomedi, tapi konsepnya ludrukan. Saya pilih gaya sok bener, sok bijaksana, padahal ngawur. Sampai sekarang saya lebih nyaman di karakter itu.
Gaya-gaya lawak sendiri saya kurang mengerti. Kalau saya, sih sebenarnya memilih yang pas dengan karakter saya. Background saya sebenarnya bukan murni pelawak. Saya terjun di dunia ini waktu kuliah di ITS Surabaya. Saya punya grup Cap Toegoe Pahlawan bersama dengan teman-teman satu jurusan. Di situ saya mengenal bagaimana berkomedi, tapi konsepnya ludrukan. Saya pilih gaya sok bener, sok bijaksana, padahal ngawur. Sampai sekarang saya lebih nyaman di karakter itu.
Bagaimana Anda membangun karakter Anda ?
Ketika pertama kali di komedi ini saya sering mendapatkan peran menjadi lurah, menjadi raja. Dengan karakter itu saya jadi harus menjaga kewibawaan. Mungkin karena kebiasaan membawakan karakter berwibawa, ditambah poster saya juga menunjang untuk karakter itu akhirnya terbentuk karakter itu. Saya pun merasa nyaman-nyaman saja. Tetapi selanjutnya saya lebih bertumpu pada inovasi ke ide-ide, bukan lagi mencari karakter.
Ketika pertama kali di komedi ini saya sering mendapatkan peran menjadi lurah, menjadi raja. Dengan karakter itu saya jadi harus menjaga kewibawaan. Mungkin karena kebiasaan membawakan karakter berwibawa, ditambah poster saya juga menunjang untuk karakter itu akhirnya terbentuk karakter itu. Saya pun merasa nyaman-nyaman saja. Tetapi selanjutnya saya lebih bertumpu pada inovasi ke ide-ide, bukan lagi mencari karakter.
Anda terlihat bisa dengan cepat “tek-tok” lawak dengan
lawan main. Bagaimana bisa timbul ?
Kalau itu karena pengalaman dan jam terbang. Memang banyak yang mengira saya berangkat dari stand up comedy, padahal bukan. Saya dulu ikut ludruk, sering ikut Srimulat juga, terus Ketoprak Humor. Saya lebih dianggap pelawak yang background-nya tradisional. Kalau masalah tek tok itu karena pengalaman. Itu yang membentuk kita. Kalau kita terbiasa main grup, nah tek-tok itu jadi sesuatu yang harus, jadi terbiasa. Ini akan jadi kesulitan bagi teman-teman yang berangkatnya dari stand up comedy, biasanya mereka agak bingung ketika harus tek-tok.
Kalau itu karena pengalaman dan jam terbang. Memang banyak yang mengira saya berangkat dari stand up comedy, padahal bukan. Saya dulu ikut ludruk, sering ikut Srimulat juga, terus Ketoprak Humor. Saya lebih dianggap pelawak yang background-nya tradisional. Kalau masalah tek tok itu karena pengalaman. Itu yang membentuk kita. Kalau kita terbiasa main grup, nah tek-tok itu jadi sesuatu yang harus, jadi terbiasa. Ini akan jadi kesulitan bagi teman-teman yang berangkatnya dari stand up comedy, biasanya mereka agak bingung ketika harus tek-tok.
Di acara ILK, Anda mengembangkan genre baru. Apakah
itu dikonsep secara matang atau mengalir dengan sendirinya?
Komedi zaman sekarang itu harus ada konsep. Sekarang melihat persaingan tinggi maka konsep harus kuat. Kalau di ILK ini, konsep dasar ditentukan, tinggal lagi masing-masing personel di sini mengembangkan dengan karakter masing-masing.
Komedi zaman sekarang itu harus ada konsep. Sekarang melihat persaingan tinggi maka konsep harus kuat. Kalau di ILK ini, konsep dasar ditentukan, tinggal lagi masing-masing personel di sini mengembangkan dengan karakter masing-masing.
Di ILK, Anda sering berbeda pendapat dengan komedian
lain. Apakah di profesi ini memang ada semacam soulmate, atau teman yang tepat
untuk menghasilkan hal-hal lucu?
Kalau dalam suatu pertunjukan yang bentuknya grup, secara keseluruhan harus bekerja sama.
Ya itu tadi, tek-tok, yang bentuknya juga macam-macam. Bisa orang yang mendukung, bisa menentang kita. Tujuannya menghibur penonton. Dengan gaya Komeng yang kesal atau Denny Chandra yang emosional saat saya menyampaikan materi, itu juga suatu bentuk interaksi. Jika ada konflik seperti itu, maka tayangan jadi variatif, dinamis.
Kalau dalam suatu pertunjukan yang bentuknya grup, secara keseluruhan harus bekerja sama.
Ya itu tadi, tek-tok, yang bentuknya juga macam-macam. Bisa orang yang mendukung, bisa menentang kita. Tujuannya menghibur penonton. Dengan gaya Komeng yang kesal atau Denny Chandra yang emosional saat saya menyampaikan materi, itu juga suatu bentuk interaksi. Jika ada konflik seperti itu, maka tayangan jadi variatif, dinamis.
Bagaimana Anda menjaga kualitas lawakan?
Saya bisa menjaga kualitas lawakan karena rasanya saya sudah punya karakter yang pas. Seperti di ILK ini sudah pas dengan karakter saya. Kalau pun saya masuk di acara lain misalnya, saya akan tetap dengan karakter saya.
Saya bisa menjaga kualitas lawakan karena rasanya saya sudah punya karakter yang pas. Seperti di ILK ini sudah pas dengan karakter saya. Kalau pun saya masuk di acara lain misalnya, saya akan tetap dengan karakter saya.
Dengan gelar S1 Elektro, masih kah Anda punya kegiatan
yang berkaitan dengan latar belakang pendidikan ?
Alhamdulillah sudah tidak ada. Mulai 2007 saya sudah sepenuhnya berada di dunia entertainment. Dan resmi sudah, ijasah saya tidak terpakai.
Alhamdulillah sudah tidak ada. Mulai 2007 saya sudah sepenuhnya berada di dunia entertainment. Dan resmi sudah, ijasah saya tidak terpakai.
Artinya, melawak sudah sebagai profesi, ya?
Karena melawak satu-satunya yang bisa menghidupi saya, tentunya ini menjadi profesi saya dan saya harus menekuni dan profesional di situ.
Karena melawak satu-satunya yang bisa menghidupi saya, tentunya ini menjadi profesi saya dan saya harus menekuni dan profesional di situ.
Komentar istri Anda?
Alhamdulillah. Dia tidak keberatan, bahkan mendukung.
Alhamdulillah. Dia tidak keberatan, bahkan mendukung.
Kepuasan batin yang Anda dapatkan dari melawak, apa
sih?
Kepuasan batin ada itu ketika bisa memberikan kepuasan batin dengan orang lain. Jadi ukurannya sudah bukan materi lagi, walau pun materi penting.
Kepuasan batin ada itu ketika bisa memberikan kepuasan batin dengan orang lain. Jadi ukurannya sudah bukan materi lagi, walau pun materi penting.
Siapa pelawak favorit Anda?
Bagi saya semua pelawak memiliki kecerdasan di profesinya. Tapi favorit saya di
Srimulat ada almarhum Gepeng. Hanya saja saya tidak pernah berkomunikasi.
Selain itu, Mamik Prakosa, juga di Srimulat. Dia hebat dengan keluwesannya
dalam menghadapi audience. Saya banyak belajar dari dia. Buat saya dia adalah
guru teman, sahabat dan kakak.
Bagaimana seorang Cak Lontong memandang kehidupan di
luar lawak:serius atau guyon juga?
Orang yang tidak serius terhadap profesinya, tidak akan jadi apa-apa, termasuk comedian. Jangan dikira berkomedi berarti kita tidak serius. Mencari materi itu harus serius, karena materi yang salah itu tidak akan menghasilkan apa-apa. Kehidupan menurut saya juga seperti itu, serius. Bagaimana agar sesuatu itu bisa berjalan dengan lancar.
Orang yang tidak serius terhadap profesinya, tidak akan jadi apa-apa, termasuk comedian. Jangan dikira berkomedi berarti kita tidak serius. Mencari materi itu harus serius, karena materi yang salah itu tidak akan menghasilkan apa-apa. Kehidupan menurut saya juga seperti itu, serius. Bagaimana agar sesuatu itu bisa berjalan dengan lancar.
Di waktu senggang, apa saja yang Anda lakukan ?
Saya punya hobi baca. Sekarang mulai beli buku, kalau dulu pinjam…
Saya punya hobi baca. Sekarang mulai beli buku, kalau dulu pinjam…
Pencapaian yang ingin Anda raih?
Saya tidak pernah punya target. Kedua, saya tidak pernah menganggap mana puncak saya, karena prinsip saya, di atas langit masih ada langit. Kalau kita sudah merasa lucu dan paling lucu, akhirnya kita tidak mau mikir dan tidak mau berinovasi lagi. Itu awal dari kemunduran prestasi seorang comedian. Target saya, saat diberi kesempatan, maka saya harus maksimal.
Saya tidak pernah punya target. Kedua, saya tidak pernah menganggap mana puncak saya, karena prinsip saya, di atas langit masih ada langit. Kalau kita sudah merasa lucu dan paling lucu, akhirnya kita tidak mau mikir dan tidak mau berinovasi lagi. Itu awal dari kemunduran prestasi seorang comedian. Target saya, saat diberi kesempatan, maka saya harus maksimal.
Anda pernah mewawancarai Pak Ahok (Wakil Gubernur DKI
Jakarta). Bagaimana sense of humour beliau?
Dari sebelum acara dimulai, kami sempat ngobrol secara personal, banyak cerita yang menunjukkan karakter humornya. Menurut saya, pemimpin itu bukan orang yang cuma galak dan tegas.
Dari sebelum acara dimulai, kami sempat ngobrol secara personal, banyak cerita yang menunjukkan karakter humornya. Menurut saya, pemimpin itu bukan orang yang cuma galak dan tegas.
Dunia lawak didominasi oleh pria, wanita terhitung
dengan jari, menurut Anda kenapa?
Tidak semua profesi bisa berimbang antara pria dan wanita. Ada profesi di mana pria lebih dominan, atau sebaliknya. Begitu juga di komedi. Bila pun pelawak wanita minim jumlahnya, mungkin menurut pandangan wanita bahwa menjadi pelawak itu harus sudah tidak punya malu. Menurut saya, tepatnya tidak seperti itu…
Tidak semua profesi bisa berimbang antara pria dan wanita. Ada profesi di mana pria lebih dominan, atau sebaliknya. Begitu juga di komedi. Bila pun pelawak wanita minim jumlahnya, mungkin menurut pandangan wanita bahwa menjadi pelawak itu harus sudah tidak punya malu. Menurut saya, tepatnya tidak seperti itu…
Lain dari itu, bila ada pelawak wanita yang kemudian berumah-tangga, terkadang
pasangannya belum tentu bisa menerima kalau istrinya ditertawakan banyak orang.
Seringkali acara komedi dironai wanita-wanita muda
cantik dan seksi. Anda sendiri, punya penilaian tentang wanita seksi dan
cantik?
Seksi lebih menarik buat saya. Wanita dianggap cantik bila punya wajah yang
cantik, tapi kalau seksi, bisa bentuk tubuh, bisa dari pandangan mata, bisa
dari suara, bisa dari gerakan tubuh. Seksi itu lebih lengkap dan lebih
manusiawi.
Wanita menarik di mata Cak Lontong
Wanita cantik dan seksi tentu menarik buat saya. Hanya saja, secara personal, wanita itu harus nyambung dengan kita dan bisa menerima kita apa adanya. Itu yang menarik buat saya. ME
Wanita cantik dan seksi tentu menarik buat saya. Hanya saja, secara personal, wanita itu harus nyambung dengan kita dan bisa menerima kita apa adanya. Itu yang menarik buat saya. ME
Sumber : http://measiamagazine.net/